Merdeka.com - Mantan Ketua DPC Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Binjai Barat, Mardiatos Tanjung (33), digerebek warga di rumahnya di Jalan Gatot Soebroto, Lingkungan 1, Kelurahan Sukaramai, Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara. Penyuluh Kemenag yang juga seorang dosen ini didapati sedang berduaan dengan seorang perempuan.
Warga menggerebek rumah berbentuk ruko yang juga dijadikan warnet dan lokasi terapi ruqyah (metode pengobatan dengan membacakan sesuatu pada pasien) itu, Senin (11/4) sekitar pukul 17.00 WIB. Penggerebekan ini dilakukan setelah beredarnya informasi, Mardiatos menyimpan seorang perempuan yang bukan istri di rumahnya itu. Namun saat warga datang, Mardiatos bersikeras tidak menyembunyikan perempuan di rumahnya.
"Jangan seenaknya menuduh, mana ada saya sembunyikan perempuan, apalagi selingkuh," kata pria jebolan Universitas Al Azhar Kairo ini.
Warga bersama kepala lingkungan setempat tidak begitu saja percaya. Mereka naik ke lantai 2 ruko.
Benar saja, seorang perempuan berambut panjang dan berkulit putih ditemukan di sana. Dia diduga sengaja disembunyikan di kamar mandi atau WC.
Mardiatos langsung menahan pintu kamar mandi sembari menghunus sebilah pisau. Pria berkacamata ini berdalih, perempuan itu merupakan orang yang membantunya memasak dan mencuci pakaian sejak dia ditinggal pergi istrinya.
Terus diinterogasi warga, Mardiatos mengubah pengakuannya. Dia menyatakan, perempuan itu adalah tunangannya.
"Saya akan menikahi dia," kata Mardiatos sambil terus bertahan di pintu kamar mandi.
Dia akhirnya bersedia mengeluarkan perempuan itu dari kamar mandi setelah personel Polsek Binjai Barat tiba dan melakukan pendekatan. "Keduanya kami bawa dulu ke Polsek untuk dimintai keterangan," kata Kanit Reskrim Polsek Binjai Barat Ipda Junaedi.
Mardiatos diketahui sudah memiliki istri bernama Arfina Muharni (39). Pasangan ini dikaruniai seorang anak berusia 7 tahun.
Sang istri, Arfina, turut datang ke lokasi penggerebekan. Dia mengaku curiga suaminya selingkuh sejak lama sehingga memilih pergi meninggalkannya. "Saya curiga dia selingkuh sejak 2012," katanya.
Masyarakat Kota
Salatiga maupun Kabupaten Semarang hanya mengenal bus ESTO sebagai
angkutan umum jarak pendek, namun, mayoritas tak mengetahui sejarah dan
kepanjangannya. Padahal, bus ini sudah ada sejak jaman kolonial Belanda.
Berikut penelusuran saya mengenai bus lagendaris tersebut.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bamset2014/bus-esto-sarana-transportasi-zaman-kolonial-yang-masih-bertahan_570b7dc25793732f0a7ee1af
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bamset2014/bus-esto-sarana-transportasi-zaman-kolonial-yang-masih-bertahan_570b7dc25793732f0a7ee1af
Masyarakat Kota
Salatiga maupun Kabupaten Semarang hanya mengenal bus ESTO sebagai
angkutan umum jarak pendek, namun, mayoritas tak mengetahui sejarah dan
kepanjangannya. Padahal, bus ini sudah ada sejak jaman kolonial Belanda.
Berikut penelusuran saya mengenai bus lagendaris tersebut.
Di tahun-tahun 1980-an, saat saya masih duduk di bangku SMA, setiap kali
bolos dan main ke Ambarawa, Suruh maupun Bringin, saya selalu
memanfaatkan bus ESTO. Dengan warna khasnya, yakni hijau, body
didominasi kayu serta mesin tua yang kerap terbatuk-batuk di perjalanan,
membuat penumpangnya ngantuk. Ketika itu warga menyebutnya “kodok ijo”.
Kenapa disebut “kodok ijo”? Karena bus ini unik, selain warnanya hijau
tua, bentuk kendaraannya memiliki moncong di bagian depan (tidak seperti
bus sekarang), pintu depan ada di samping kiri sedang pintu satunya
berada di belakang (bukan di samping). Kursi duduknya dibuat dari kayu
jati tua, sementara interior nyaris didominasi berbahan kayu. Mungkin,
semisal masih tersisa, harganya ratusan juta rupiah saking antiknya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bamset2014/bus-esto-sarana-transportasi-zaman-kolonial-yang-masih-bertahan_570b7dc25793732f0a7ee1af
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bamset2014/bus-esto-sarana-transportasi-zaman-kolonial-yang-masih-bertahan_570b7dc25793732f0a7ee1af
No comments:
Post a Comment